Ada apa sebenarnya dibalik pertanyaan itu?
![]() |
| Pict From: dapurkampoeng.yolasite.com |
Orang sering merasa kurang me-respon atau bahkan ngabalieur bila mendengar istilah "Kue Tradisional" atau "Jajanan Pasar". Bagi sebagian orang penganan ini terasa asing dan aneh. Entah apa yang salah dengan makanan ini. Ada yang beranggapan bahwa produknya "kurang beken dan gak nge-trend" bila dibandingkan dengan makanan-makanan yang datangnya dari luar negeri.
Walaupun demikian tiap orang bebas untuk berasumsi, suka atau tidak suka itu kembali pada kita sendiri.
Walaupun demikian tiap orang bebas untuk berasumsi, suka atau tidak suka itu kembali pada kita sendiri.
Lebih "bangga" dengan Burger, Crepes, Pizza, Sushi dibanding Klepon, Katimus, Burayot atau Cuhcur. Itulah yang dirasakan sebagian kalangan masyarakat kita. Jangankan di level anak-anak, dikalangan orangtuapun "stigma" ini
melekat kuat dan kemungkinan sudah membudaya, sebagai contoh mereka akan
merasa dihargai oleh orang lain atau temannya ketika makan bersama makanan tersebut dan terasa
lebih Gaoll getooohh..!!
Saya anggap hal semacam ini wajar-wajar saja. Tapi Why?
Padahal Kue Tradisional mempunyai unsur seni dan estetika yang tinggi, bila mengenal lebih dalam tentang kue-kue ini kita akan menemukan filosofi-filosofi dan history yang unik didalamnya bahkan beberapa produk mengandung sejarah yang tak ternilai harganya. Kalau disadari sebenarnya kita juga punya makanan seperti itu yang tidak kalah enaknya contohnya negara Jepang bangga dengan sushi-nya tapi Indonesia juga harusnya bangga dengan Lemper Ayam. Amerika bangga dengan Pancake-nya kita juga bangga punya Soerabi yang lebih varitaif. Orang lain punya Opera Cake kita juga punya Lapis legit, lapis surabaya, lapis malang. Seharusnya kita lebih bangga dan mencintainya cieee...!! karena negara-negara di Eropa dan Amerika tidak memiliki kue tradisional seperti di Indonesia sebagai contoh: Burayot, Kue Ku, Centik Manis ataupun Candil. Heheee...
Kita telaah dulu tentang hal ini, kenapa bisa terjadi? Kalau kita lihat dari sisi pembuatan produk Kue tradisional memang tidak mudah untuk membuatnya, diperlukan keahlian khusus dan harus mengingat pada umur produk tersebut bila sudah jadi tidak akan tahan lama, sebagai contoh yang menggunakan bahan kelapa pada pagi hari dibuat lalu sore harinya sudah basi atau paling banter maksimal dua hari itupun disimpan di lemari pendingin. Kan ada pengawet? Tidak semua produk ini bisa menggunakan pengawet, hanya beberapa jenis kue saja seperti itupun mayoritas yang berbahan dasar tepung terigu.
Inovasi itulah salah satu kata yang bijak untuk tetap bisa mempertahankan keberadaan produk dalam negeri ini, sudah selayaknya atau bahkan seharusnya masyarakat lebih memperhatikan kelangsungan Kue Tradisional agar tetap bisa eksis di dunia kuliner nusantara khususnya. Diperlukan sebuah gera'an-gera'an yang positif untuk merubah stigma negatif dan pasif terhadap Kue Tradisional. Dengan tidak merubah kekhasan dari produknya kita bisa berinovasi atau bahkan menyulapnya menjadi sebuah produk baru.
Dengan punuh harapan untuk generasi sekarang dan yang akan datang semoga bisa terus bisa melestarikan dan mengembangkan Kue Tradisional ini.
Saya anggap hal semacam ini wajar-wajar saja. Tapi Why?
Padahal Kue Tradisional mempunyai unsur seni dan estetika yang tinggi, bila mengenal lebih dalam tentang kue-kue ini kita akan menemukan filosofi-filosofi dan history yang unik didalamnya bahkan beberapa produk mengandung sejarah yang tak ternilai harganya. Kalau disadari sebenarnya kita juga punya makanan seperti itu yang tidak kalah enaknya contohnya negara Jepang bangga dengan sushi-nya tapi Indonesia juga harusnya bangga dengan Lemper Ayam. Amerika bangga dengan Pancake-nya kita juga bangga punya Soerabi yang lebih varitaif. Orang lain punya Opera Cake kita juga punya Lapis legit, lapis surabaya, lapis malang. Seharusnya kita lebih bangga dan mencintainya cieee...!! karena negara-negara di Eropa dan Amerika tidak memiliki kue tradisional seperti di Indonesia sebagai contoh: Burayot, Kue Ku, Centik Manis ataupun Candil. Heheee...
Kita telaah dulu tentang hal ini, kenapa bisa terjadi? Kalau kita lihat dari sisi pembuatan produk Kue tradisional memang tidak mudah untuk membuatnya, diperlukan keahlian khusus dan harus mengingat pada umur produk tersebut bila sudah jadi tidak akan tahan lama, sebagai contoh yang menggunakan bahan kelapa pada pagi hari dibuat lalu sore harinya sudah basi atau paling banter maksimal dua hari itupun disimpan di lemari pendingin. Kan ada pengawet? Tidak semua produk ini bisa menggunakan pengawet, hanya beberapa jenis kue saja seperti itupun mayoritas yang berbahan dasar tepung terigu.
Inovasi itulah salah satu kata yang bijak untuk tetap bisa mempertahankan keberadaan produk dalam negeri ini, sudah selayaknya atau bahkan seharusnya masyarakat lebih memperhatikan kelangsungan Kue Tradisional agar tetap bisa eksis di dunia kuliner nusantara khususnya. Diperlukan sebuah gera'an-gera'an yang positif untuk merubah stigma negatif dan pasif terhadap Kue Tradisional. Dengan tidak merubah kekhasan dari produknya kita bisa berinovasi atau bahkan menyulapnya menjadi sebuah produk baru.
Dengan punuh harapan untuk generasi sekarang dan yang akan datang semoga bisa terus bisa melestarikan dan mengembangkan Kue Tradisional ini.
Berikut komentar beberapa orang yang berbicara mengenai perkembangan kue tradisional.
Silahkan klik link berikut Kue Tradisional
Silahkan klik link berikut Kue Tradisional

No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak
Note: only a member of this blog may post a comment.